------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PURWOREJO – Meski kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) masih dalam tahap rencana, harga bensin eceran mulai naik. Di sejumlah wilayah di Kecamatan Bruno, Purworejo misalnya, harga sudah menyentuh Rp 6.000 hingga Rp 6.500 per liter.
Kenaikan tersebut sudah terjadi selama tiga hari terakhir. Penjual menaikkan harga dengan sejumlah pertimbangan, seperti sulitnya mendapatkan bensin di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
”Saya biasanya hanya nitip saat kulakan ke kota. Jumlahnya dibatasi maksimal 20 liter. Jadi kalau dikatakan langka, tidak juga. Namun harga memang sudah naik karena sulit mendapatkan dari SPBU,” ungkap Siti Mahmudah, 31, pengecer bensin warga Plipiran RT 03 RW 02, Bruno, kemarin (21/3).
Selain sulit mendapatkan bensin dari SPBU, faktor lain adalah biaya akomodasi. Terlebih jarak tempuh Bruno ke Kutoarjo yang ada SPBU-nya tidak kurang 20 kilometer. Medan yang ditempuh pun termasuk berat.
”Karena sulit mendapatkan bensin, ongkos bawanya juga naik. Kalau saya jual dengan harga sebelumnya malah merugi. Namanya dagang kecil-kecilan, cari untung sedikit untuk memutar uang,” ujarnya.
Siti berharap, pemerintah batal menaikkan harga BBM. Sebagai rakyat dan pedagang kecil ia mengaku sulit menerima kenyataan ini. ”Modal harus ditambah. Pasokan tak pernah ajek, kadang ada kadang tidak. Kasihan kalau ada warga yang kehabisan bensin, mau beli tapi tidak ada,” papar Siti.
Senada, Muhamad Syaifuddin, 16, warga Brondong, Bruno, pun mengaku berat dengan naiknya harga bensin tersebut. Meski begitu, ia tetap memaksakan diri untuk menerima kenyataan dari pada sepeda motor mogok.
”Saya masih sekolah. Sekarang uang saku minta tambah. Kasihan juga orang tua,” keluhnya.
Di Magelang, penolakan terhadap rencana kenaikan harga BBM digelar Aliansi Gerakan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah (UM) Magelang. Dengan mengendarai puluhan sepeda motor dan bus kampus, mereka melakukan aksi di beberapa tempat. Massa sempat memblokade ruas jalan Magelang-Jogja, tepatnya Pertigaaan Blondo, Mungkid, sekitar 15 menit. Aparat Polres Magelang kemudian mengarahkan massa ke Gedung DPRD Kabupaten Magelang, tujuan semula untuk menyampaikan aspirasi.
Dalam aksinya, para mahasiswa membentangkan poster dan spanduk bertuliskan berbagai kritikan terhadap pemerintah. Diantaranya ”BBM, Buat Bangsa Miskin”, ”Kami Tolak Kenaikan BBM”, ”BBM Naik, SBY/Boediono Turun”, ”Kami Galau Dengan Ulahmu Menaikkan BBM”, dan ”Presiden Jangan Ngeluh, Dengarkan Keluhan Kami.”
”Turunkan SBY dan Boediono. Kebijakan mereka tidak berpihak kepada masyarakat kecil dan gagal menyejahterakan rakyat miskin,” kata orator aksi, Galih Tahrizal, di atas Bus Kampus
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Juga: